Judul : INILAH..!! Agar Hati Kembali Mendapat Cahaya dan Hidayah
link : INILAH..!! Agar Hati Kembali Mendapat Cahaya dan Hidayah
INILAH..!! Agar Hati Kembali Mendapat Cahaya dan Hidayah
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan hati
seseorang menjadi keras. Namun, seluruh penyebab itu dapat dipastikan
karena orang tersebut jauh dari Allah SWT. Tema ini menjadi bahasan
dalam Majelis Taklim Nurul Ikhlas di Ciracas, Jakarta, yang menggelar
kajian rutin tematik pada Sabtu (12/11).
Pemateri Ustaz Elvi
Syam mengungkapkan, penyebab pertama yang kerap membuat hati seseorang
menjadi keras adalah hawa nafsu. Ketika hawa nafsu tidak dapat dikontrol
dan dikendalikan, niscaya dia akan mudah terperosok dalam lubang
kemaksiatan. Karena itu, butuh upaya yang gigih ketika seseorang hendak
melepaskan diri dari belenggu maksiat.
Ustaz Elvi Syam
melanjutkan, Allah SWT telah menyatakan hal demikian. "Allah SWT
mengatakan, kemudian mereka berpaling (dari Allah), Dia pun akan
palingkan hati mereka. Ketika kita lupa kepada Allah, Dia juga akan lupa
kepada kita," ujarnya.
Penyabab lainnya, hal yang kerap
merasuki manusia dan mengakibatkan hatinya keras adalah kesombongan.
Sifat yang selalu mencerminkan kesombongan adalah selalu menganggap
rendah dan remeh orang lain. "Ketika memiliki sifat demikian, seseorang
juga akan sangat sulit untuk ramah kepada orang lain. Akibatnya, dia
akan terasing dengan kekerasan hatinya sendiri," ucap Ustaz Elvi Syam.
Hal berikutnya yang dapat mengeraskan hati seseorang adalah
berlebih-lebihan dalam mubah. Dalam artian, mubah sebagai hal yang tidak
berdosa dan tidak berpahala bila dilakukan. "Karena tidak dilarang kita
malah berfoya-foya dalam urusan dunia. Belanja, misalnya, boleh
dilakukan, asal tidak berlebih-lebihan. Sebab, ketika berlebihan, hal
tersebut akan merusak akhlak dan hati kita," ucap Ustaz Elvi Syam.
Selain hal-hal tersebut, dia menerangkan, masih banyak hal lain yang
dapat menyebabkan hati seseorang mengeras dan jauh dari Allah SWT.
Adapun tanda yang dapat dirasakan ketika hati manusia mengeras, yakni
ketika hati mereka kebal saat melakukan amal saleh ataupun kemungkaran.
"Ketika shalat dan membaca Alquran, misalnya, hati mereka tidak
merasakan apa-apa. Ketika berbuat maksiat, mereka juga biasa saja. Nah,
ini tanda bahwa hati mereka tidak lagi mengeras, tapi sudah mati," ujar
sang ustaz.
Ia menilai, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
agar hati kembali mendapat cahaya dan hidayah. Pertama adalah
memperbanyak zikir kepada Allah SWT. Hal tersebut persis seperti yang
dianjurkan Hasan bin Ali ketika ada seseorang yang bertanya kepadanya
perihal cara melunakkan hati. Kedua adalah selalu berdoa dan memohon
ampunan serta petunjuk dari Allah SWT. Sebab, bagaimanapun Allah SWT
selalu menerima hamba-hamba yang ingin bertaubat dan kembali ke
jalan-Nya.
Untuk menunjukkan kesungguhan untuk kembali ke
jalan-Nya, Ustaz Elvi Syam menjelaskan, upaya yang patut dilaksanakan
adalah menjaga ibadah-ibadah yang fardu atau wajib. "Shalat adalah yang
utama. Sebab, Allah SWT telah berfirman bahwasannya shalat akan menjaga
manusia dari perbuatan mungkar," ucapnya. Apabila ibadah wajib telah
terjaga, dia menjelaskan, ada baiknya pula mulai belajar menunaikan
ibadah sunah. Dia mencontohkan, puasa Senin-Kamis, bersedekah, dan
lain-lain.
Berikutnya, seseorang dapat melunakkan hatinya
dengan selalu mengingat bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara.
Seorang manusia harus mengingat bahwa dia akan mati dan akan
mempertanggungjawabkan segala perbuatan di hadapan Allah SWT.
Agar amalan-amalan tersebut dapat terjaga, Ustaz Elvi Syam menganjurkan
agar seseorang juga rutin menghadiri pengajian dan majelis-majelis
taklim. "Mudah-mudahan ilmu ini dapat menjaga hati kita, yang sebelumnya
keras akan menjadi lunak," kata dia.
Ketua DKM Nurul Ikhlas
Eko Hartono mengatakan, kajian di masjidnya rutin diadakan tiga kali
dalam sepekan. "Setiap Selasa ba'da Maghrib, kemudian Sabtu dan Ahad
setiap pagi pukul 09:30 WIB hingga menjelang Zuhur," ujarnya.
Adapun tujuan kajian tersebut adalah untuk meningkatkan kadar keilmuan
jamaah Masjid Nurul Ikhlas. "Tentunya sesuai dengan Alquran dan sunah,
serta pemahaman para sahabat. Supaya amalnya nanti sesuai dalil yang
diajarkan Nabi